Rabu, 06 Juli 2011

naughty kiss 14

0 komentar
Papah bilang bahwa dia akan meninggalkan rumah karena tidak enak pada Seung Jo yang aan segera menikah. Ibu Seung Jo tentu saja melarangnya dan bilang bahwa Seung Jo ini masih muda jadi tidak mungkin menikah cepat. Bapa Seung Jo juga berkata, “Ya karena ada perjodohan, bukan berarti Seung Jo akan segera menikah.” Papah berkata, “Tapi akulah yang merasa tidak nyaman. Terima kasih atas semua yang sudah kalian berikan pada kami. Aku pasti akan membayarnya suatu saat nanti.”

Seung Jo pulang ke rumah dan Eun Jo langsung menyambutnya. Ibu Seung Jo melihat Seung Jo dan Ha Ni yang basak kuyup sehingga dia berkata, “Kenapa kalian? Cepatlah berganti baju, kalian bisa sakit.” Seung Jo dan Ha Ni mengerti lalu menaiki tangga. Eun Jo tiba-tiba berkata, “Kak, Oh Ha Ni akan segera pindah.” Seung jo terdiam lalu menenggam tangan Ha Ni dan berkata, “Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Papah bertanya, “Hmm padaku? Ganti bajulah terlebih dahulu lalu berbicara padaku.” Seung Jo langsung to the point berkata, “Aku… ingin menikahi Ha Ni.”
Tentu saja semua yang mendengar hal itu kaget. Dan Ibu Seung Jo sangat senang mendengarnya. Seung Jo berkata, “Tentu saja kami tidak akan menikah sekarang, tapi setelah kami lulus dan perusahaan berjalan dengan baik. Itupun jika kau menyetujuinya Papah.” Papah kebingungan dan bertanya, “Apakah kau serius?” Seung Jo menjawab dengan yakin, “Ya.” Papah berkata, “Hmm tapi kau tahu kan bahwa Ha Ni tidak begitu pandai dalam banyak hal…” Seung Jo menjawab, “Ya aku tahu.” Papah kembali berkata, “Dan dia tidak pintar…” Seung Jo lagi-lagi menjawab, “Ya aku tahu.” Papah berkata, “Dan dia juga tidak dapat memasak.” Seung Jo tersenyum dan menjawab, “Ya aku tahu.”
Papah kembali berkata, “Dia juga ceroboh dan sering mengalami masalah. Tapi dia ceria dan melakukan hal yang baik. Dan lagi dia sangat lucu,” Seung Jo menjawab, “Aku sangat tahu hal itu.” Papah akhirnya berkata, “Baiklah. Ha Ni sangat menyukaimu.”
Ibu Seung Jo sangat senang mendengar hal ini dan langsung memeluk Ha Ni, “Ha Ni! Ini benar-benar terjadi! Ini sungguh hebat! Hey Baek Seung Jo! Kau begitu keren!” Ibu Seung Jo terus memeluk Ha Ni dengan gembira. Papah dan Bapa Seung Jo juga senang mendengar hal ini. Dan Eun Jo berkomentar, “Huh aku tau kalau akhirnya akan seperti ini.” Seung Jo pun ikut tersenyum melihat semuanya senang.
Ha Ni sedang berdiri di balkon dan Seung Jo menghampirinya, “Kau belum tidur?” Ha Ni menjawab, “Ya belum.” Seung Jo berkata, “Hmm hujannya sudah berhenti.” Ha Ni menatap langit dan berkata, “Ya. Langitnya terlihat sangat cerah.” Seung Jo bertanya, “Apa kau tidak merasa kedinginan?” Ha Ni hanya menganggukan kepalanya dan Seung Jo berkata, “Hmm kalau begitu aku tidur duluan.”
Saat Seung Jo mau pergi, Ha Ni menahannya dan bertanya, “Jika kau tidur, apakah besok pagi kau akan berubah menjadi Baek Seung Jo yang dingin? Itu saja yang aku pikirkan.” Seung Jo tersenyum dan bertanya, “Apa kita harus tidur bersama?” Ha Ni gugup dan menjawab, “Bukan. Bukan seperti itu…” Seung Jo tersenyum dan berkata, “Baiklah kalau begitu aku akan disini sebentar.” Seung Jo memeluk Ha Ni dari belakang dan Ha Ni tersenyum lalu berkata, “Aku bahkan tidak pernah membayangkan bahwa kau menyukaiku juga.” Seung Jo berkomentar, “Aku juga.”
Ha Ni memeluk Seung Jo dan berkata, “Aku menyukaimu. Sangat sangat menyukaimu.” Seung Jo tersenyum mendengar hal itu.
Diam-diam Ibu Seung Jo memotret Ha Ni dan Seung Jo yang sedang berpelukan. Eun Jo yang melihat itu berkata, “Ibu hentikan.” Ibu Seung Jo hanya berkomentar, “Sut! Diamlah!”
Joon Gu masih ada di Restaurant dan dia sangat menyesal karena tadi memaksa ingin mencium Ha Ni. Dia marah pada dirinya sendiri dan berkata, “Kenapa aku melakukan hal itu? jika aku tiba-tiba seperti itu maka perasaannya padaku akan jatuh. Aiiih Bong Joon Gu apa yang terjadi padamu ini?”
Ha Ni sedang duduk di samping jendela kamar tidurnya dan dia terseyum malu jika memikirkan hal yang terjadi hari ini. Seung Jo juga sedang duduk di samping jendela kamar tidurnya dan mndengar ada suara dari kamar Ha Ni sehingga dia bertanya, “Ha Ni kau belum tidur?” Ha Ni kaget mendnegar itu dan langsung pergi tidur. Seung Jo hanya bisa tersenyum.
Joon Gu membuat bekal makanan dan berkata, “Makanlah ini dan maafkan aku Ha Ni.”
Papah datang ke Restaurant dan melihat Joon Gu sehingga dia bertanya, “Kau kenapa sudah datang pagi-pagi sekali?” Joon Gu justru balik bertanya, “Chef bukankah kau seharusnya pergi ke pasar?” Papah menjawab, “Ya aku sudah dari pasar. Ah apa ini? Kau membuat bekal makan sepagi ini?” Joon Gu berkata, “Ya aku menyiapkan ini untuk Ha Ni. Bahkan aku memberikan nama. Lihat kotak bekal ini sangat manis jadi aku memberi nama Oh Ha Ni, sedangkan kotak yang satu ini ada sayap ayam sehingga aku memberi nama Bong Joon Gu. Ah Chef bagaimana jika kita membuat kotak bekal makan siang untuk restaurant?” Papah hanya berkata, “Ah aku akan memikirkannya.”
Joon Gu tersenyum senang melihat bekal makan siang yang disiapkannya untuk Ha Ni dan terus bernyanyi riang. Sementara Papah merasa tidak enak hati pada Joon Gu karena Ha Ni sudah dengan Seung Jo namun Papah tidak sanggup mengatakan hal itu pada Joon Gu karena Joon Gu terlalu bersemangat.
Ha Ni menceritakan kejadian kemarin pada Joo Ri dan Min Ah. Tentu saja mereka tidak mepercayai bahwa Seung Jo ingin menikah dengan Ha Ni makanya mereka bertanya, “Mengapa dia mau menikah denganmu?” Ha Ni menjawab, “Entahlah. Mungkin dia sudah menyadari perasaanku.” Joo Ri ikut senang dan bertanya, “Jadi kau akan menikah dengannya?” Ha Ni menjawab, “Tidak sekarang. Kami belum lulus.” Joo Ri berkata, “Wow ini hebat. Oh Ha Ni kau seharusnya menjadi penasehat masalah cintaku.” Ha Ni tertawa malu-malu.
Min Ah berkata, “Ngomong-ngomong selamat ya karena cintamu selama 4 tahun ini akhirnya terbalaskan.” Joo Ri juga berkata, “Ya selamat akhirnya kau berhasil Oh Ha Ni.” Ha Ni berteriak kencang saking senangnya.
Lalu Joo Ri bertanya, “Lalu… Bagaimana dengan Bong Joon Gu?” Min Ah juga bertanya, “Ya lalu bagaimana dengan Yoon He Ra?” Ha Ni menjawab, “Hmm Seung Jo bilang bahwa dia akan mengatakan hal ini pada He Ra. dan aku akan mengatakan hal ini pada Joon Gu.”
Joon Gu datang ke kampus Ha Ni sambil membawa bekal makan siang untuk Ha Ni. Joon Gu melihat ada keramaian di dekat sebuah papan informasi sehingga dia menghampirinya dan melihat ada sebuah poster yang bertuliskan, “Oh Ha Ni dan Baek Seung Jo setelah 4 tahun melewati cinta akhirnya akan bertunangan.” Semua mahasiswa mulai berbisik-bisik dan bertanya-tanya, “Siapa yang mengungkapkan cinta lebih dulu? Pasti Oh Ha Ni.” Joon Gu menatap bekal makan siang yang dia bawa dan dia merasa kecewa.
Seung Jo menjelaskan semuanya pada He Ra dan He Ra berkomentar, “Ini lebih cepat dari yang aku pikirkan. Aku tau kalau suatu saat nanti kau akan menyadari perasaanmu padanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kau menyadarinya lebih cepat.” Seung Jo berkata, “Aku juga tidak menyangka akan terjadi hal ini. Apakah kau sudah tahu?” He Ra balik bertanya, “Bukankah Ibumu sudah mengetahuinya?”
Seung Jo berkata, “Hmm Oh Ha Ni ini sungguh sulit. Seperti mencari jawaban dari sebuah pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Karena itu ini sangat sulit.” He Ra berkata, “Karena itu kau tidak ingin mengakuinya kan? Kau tidak mengakui bahwa Baek Seung Jo berusaha keras menyelesaikan satu masalah dan dia tidak berhasil menemukan jawabannya.” Seung Jo tersenyum dan bertanya, “Bagaimana kau bisa tahu hal itu?” He Ra balas tersenyum dan berkata, “Tapi sekarang sudah tidak sulit lagi bukan?” Seung Jo menjawab, “Ya. Dulu aku merasa kesulitan karena tidak bisa mengontrol perasaan ini tapi akhirnya aku mengakui bahwa aku menyerah karena bocah itu. Setelah menyerah, aku merasa ini tidak sulit lagi. Sekarang ini terasa sungguh menyenangkan.”
He Ra terlihat cemburu dan berkata, “Huh kau ini mendatangiku untuk meminta maaf tapi kenapa kau justru berbicara terlalu banyak hah?” Seung jo berkata, “Benarkah? Baiklah aku benar-benar meminta maaf. Tapi aku tidak bercanda saat aku berkata bahwa kita ini cocok. Saat aku bersamamu, aku merasa nyaman.” He Ra berkomentar, “Huh kau mencoba menghiburku hah?” Seung Jo tersenyum dan berkata sekali lagi, “Aku minta maaf.” He Ra berkata, “Huh tapi baaimana? Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Tapi baiklah aku menerima permintaan maafmu dan selamat atas pernikahanmu.”
Seung Jo berkata, “Itu masih lama.” He Ra berkata, “Tidak apa-apa. Aku memebrikan selamat lebih awal saja.” Seung Jo menjabat tangan He Ra dan tersenyum. He Ra lalu berkata, “Aku mencoba untuk melupakan perasaanku padamu tapi kenapa tanganmu begitu hangat hah?” Seung Jo berkomentar, “Kau adalah gadis yang sangat baik.” He Ra berkata, “Ya aku tau.”
Joon Gu masih bekerja di kantin Kampus dan di saat istirahat, dia terus memandangi foto Ha Ni di HPnya. Koki di kantin mengajak Joon Gu untuk makan bersama namun Joon Gu menolaknya. Seeorang koki ada yang melihat bekal makan siang ang di bawa Joon Gu dan bertanya, “Apa dia tidak makan karena sudah memakan bekal makan siangnya?”
Joon Gu mengambil bekal makan siangnya dan memberikannya pada koki yang sedang makan bersama. Koki itu membuka bekal itu dan langsung mengomentari bahwa makanan buatan Joon Gu sangat enak bahkan bisa di jual. Joon Gu tidak mempedulikan ucapan itu dan dan berfikir, “Ha Ni… Apakah kau sudah makan? Huh aku tidak tahu…”
Ha Ni mencoba menelfon Joon Gu tapi Joon Gu tidak menjawab telfon Ha Ni. Ha NI pun berkata, “Hmm baiklah aku harus mengatakan hal ini secara langsung. Aku pergi begitu saja setelah kejadian kemarin malam. Hmm apakah Seung Jo sudah memberi tahu hal ini pada He Ra? He Ra terlihat sangat menyukai Seung Jo. Mungkin itu alasan kenapa He Ra selalu seperti itu padaku. Huh kenapa pacaran saja sangat sulit?”
Mahasiswa di kampus melihat poster pengumuman Ha Ni dan Seung Jo sudah bertunangan dan tentu saja mereka langsung mengomentari Ha Ni dan Ha Ni mendengar semua komentar itu. Ada yang berkata, “Wow Oh Ha Ni ini hebat ya bisa menaklukan Seung Jo.” tapi ada juag yang berkomentar, “Dia itu kan jelek!”
He Ra benar-benar sedih dan dia melampiaskannya kekesalannya ini dengan bermain tennis. He Ra mengingat kembali semua kejadian yang sudah dia lewati bersama Seung Jo dan itu membuat dia semakin sedih. He Ra terus melampiaskan kekesalannya itu dan diam-diam Kyung Soo melihat hal itu.
Kyung Soo berlari menuju ke supermarket terdekat dan dia sibuk memilihkan air minum untuk He Ra, “Dia pasti sangat haus… Aku harus tahu apa yang dia sukai agar bisa membelikan minuman untuknya. Air mineral? AH tidak tidak ini tidak dingin. Baiklah ini air dingin tapi aku tidak tau apakah dia menyukai ini atau tidak. Apa minuman ini ya? Ah tapi hanya karena dia sedang olahraga maka bukan berarti dia ingin minuman isotonik. Ah ya coke coke coke, ya Diet Coke. Tapi dia tidak perlu mengurangi berat badannya lagi… Aduh apa yang harus aku beli untuknya?”
Kyung Soo benar-benar kebingungan hingga akhirnya dia bertanyapada penjaga supermarket, “Permisi jika anda sedang sangat haus maka anda akan minum apa ya?”
Hingga malam He Ra masih terus melampiaskan kekesalannya itu dengan bermain tennis dan Kyung Soo terus berdiri di samping He Ra sambil memegang minuman.He Ra sudah tidak sanggup memukul bola sehingga dia terjatuh. Kyung Soo menghampirinya dna bertanya, “Kau baik-baik saja?” He Ra melihat Kyung Soo dan dia melihat minuman yang di beli oleh Kyung Soo ternyata beer tapi He Ra meminum itu karena dia sangat haus.
He Ra duduk di bangku lapangan tennis dan berusaha membuka botol bir namun tidak berhasil membukanya. Kyung Soo menawarkan bantuan namun He Ra menolaknya. He Ra mulai menangis dan KyunG Soo berkata, “Tidak apa-apa jika kau menangis terisak seperti itu. Jangan di tahan.” He Ra langsung menangis dan bersandar di bahu Kyung Soo. Kyung Soo pun jadi ikut sedih.
Joon Gu bermain petasan sendirian di pinggir sungai Han dan dia berkata, “Ha Ni aku sangat ingin melakukan ini bersamamu.” Joon Gu lalu menyanyikan lagu dan dia sangat sedih.
Joon Gu duduk di pinggir sungai Han dan minum bir. Ada telfon dari Papah Ha Ni dan dia segera mengangkatnya, “Ya chef? ya aku sekarang sedang mencari udara segar. Baiklah aku akan segera kembali.”
Ha Ni berjalan menuju Restaurant Papah dan dia langsung bersembunyi saat para karyawan yang lainnya berjalan pulang dan tinggal Joon Gu yang ada di Restaurant. Ha Ni mempersiapkan dirinya lalu masuk kedalam Restaurant. Joon Gu kaget melihat Ha Ni dan dia berusaha bersikap biasa, “Ah kau datang. Baguslah ini ada dompet Chef yang tertinggal.” Ha Ni melihat Joon Gu yang sedang membuat mie dan mencoba berbasa basi, “Warnanya bagus. Apa itu?” Joon Gu menjawab, “Ini? Chlorella.”
Ha Ni lalu mulai berkata, “Joon Gu, aku… ada sesuatu yang mau aku katakan.” Joon Gu memotong pembicaraan Ha Ni dan berkata, “Maafkan aku tapi kau sebaiknya cepat pulang karena aku sedang sangat sibuk.”
Tiba-tiba pintu Restaurant terbuka dan Seung Jo datang. Seung Jo menghampiri Joon Gu dan berkata, “Bong Joon Gu, kita harus bicara.” Joon Gu berkomentar, “Apa kau bercanda? Apa yang harus kita bicarakan? Pergi saja kau.” Seung Jo berkata, “Baiklah kalau begitu aku akan mengatakannya disini. Aku… Menyukai Oh Ha Ni. Kami tidak seharusnya meminta ijin padamu untuk berhubungan tapi ini sangat penting bagi Ha Ni. Akan sangat baik jika kau merelakan Ha Ni pergi. Jika kau merelakannya maka semuanya akan berjalan lancar.”
Joon Gu berkata, “Hey ini hal bodoh untuk di ucapkan! Merelakan apa? Hey Baek Seung Jo selama ini kau selalu kejam pada Ha Ni dan sekarang apa yang kau katakan hah? Sepertinya kau tidak mengetahui ini tapi aku menyukainya selama 4 tahun!” Ha Ni tiba-tiba berkata, “Joon Gu… maafkan aku.” Joon Gu berkata, “Kenapa kau meminta maaf?” Ha Ni menjawab, “Tentu saja aku harus meminta maaf dan berterima kasih. Tapi aku benar-benar….”
Joon Gu memotong pembicaraan dan berkata, “Tidak apa-apa. Jangan katakan itu. Aku sudah tahu dan melihatnya. Oh Ha Ni kau sungguh sungguh tidak punya selera dalam memilih laki-laki. Nanti muskipun kau menyesalinya, aku tidak akan menyerah. Apa kau akan baik-baik saja jika begini? Lihat kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan cepat. Hey Baek Seung Jo, apa yang akan kau lakukan? Ha Ni bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan cepat.” Seung Jo mejawab, “Ya. Aku mulai gugup.” Joon Gu berkata, “Seung Jo, Kau harus tahu bahwa aku akan selalu mengawasimu. Jika kau membuat Ha Ni menangis maka aku akan membuatmu nangis darah.” Seung Jo berkomentar, “Ya aku akan mengingatnya.”
Papah mencari dompetnya dan dia berjalan ke arah Restaurant. Saat dia masu masuk, dia melihat Seung Jo, Ha Ni dan Joon Gu ada di dalam sehingga dia pun bersembunyi. Ha Ni dan Seung Jo keluar dari restaurant dan Papah langsung mengintip Joon Gu yang ada di dalam restaurant.
Seung Jo dan Ha Ni berjalan menuju mobil dan Ha Ni bertanya, “Mobil siapa ini?” Seung Jo menjawab, “Ini mobil perusahaan dan mulai saat ini aku akan memakainya karena aku tidak nyaman jika menggunakan yang Papah.” Ha Ni tersenyum senang dan bertanya, “Ini bagus. jadi apa kita bisa jalan-jalan?” Seung Jo menjawab, “Tidak. Ini hanya di gunakan untuk keperluan perusahaan.” Ha Ni kesal dan langsung cemberut.
Papah mencoba menghibur Joon Gu yang sedang sedih. Joon Gu berkata, “Chef, kau tau? Aku ingin sekali memanggilmu Papah mertua.” Joon Gu mulai menangis dan Papah menenangkannya.
Bapa Seung Jo bertemu dengan Tuan Yoon dan dia meminta maaf karena Seung Jo tidak bisa menikahi He Ra. Bapa Seung Jo berkata, “Ini semua salahku. Mengenai kemunduran perusahaan dan semuanya. Seung Jo mungkin bisa di andalkan tapi dia maish terlalu muda dan lagi dia…” Tuan Yoon memotong pembicaraan dan berkata, “Jangan berbasa-basi. Aku akan memutuskan investasiku.” Bapa Seung Jo berkata, “Tapi project permainan ini sudah hampir selesai dan bukankah kau menyukainya?” Tuan Yoon berkomentar, “Aku bukan orang sehebat itu. Aku tidak bisa membedakan apa yang aku rasakan dan apa yang akan aku lakukan. Aku tidak tau apa pendapat pasar mengenai permainan buatanmu ini.”
Seung Jo datang ke perusahaan Tuan Yoon dan Bapa Seung Jo sangat kaget. Tuan Yoon bertanya, “Untuk apa kau datang kemari? Untuk melihat hukuman yang akan kau terima hah?” Seung Jo menjawab, “Aku sudah menyelesaikan semuanya dengan cucumu, He Ra. Hari ini aku datang untuk membicarakan mengenai bisnis. Berkata maaf atas semua yang terjadi mungkin He Ra tidak menyukainya. Untuk alasan apapun karena telah menempatkan dia dalam posisi yang tidak mengenakan ini dan aku pikir dia tidak akan suka jika di tempatkan pada posisi yang harus meminta maaf. Aku memiliki kepribadian yang sama dengan dia jadi aku tau yang dia rasakan.”
Tuan Yoon bertanya, “Jadi kau tidak ingin meminta maaf pada He Ra dan kau ingin aku tetap berinvestasi pada perusahaanmu?” Seung Jo menjawab, “Ya. Tolong berinvestasilah tapi aku rasa anda tidak perlu menginvestasikannya pada perusahaan kami. Aku bisa menawarkan permainan ini pada perusahaan lain atau pun pada perusahaanmu. Apapun kemungkinannya, aku hanya meminta agar anda tetap memperbolehkan kami memiliki layanan permainan. Dua bulan terakhir ini karyawan kami selalu bekerja keras dan hasilnya pun sudah sangat bagus. Tidak apa-apa jika kau tidak menginginkan perusahaan kamu tapi aku harap kau tetap ingin melihat permainan ini. Dan kumohon selamatkan pera pengembang permainan ini. Jika ini semua berakhir hanya karena anda membenciku, bukankah ini kekanak-kanakan?”
Tuan Yoon marah, “Kau mencoba mengajariku hah?” Seung Jo menjelaskan, “Bukan begitu…” Tuan Yoon berkata, “Baek Seung Jo aku sungguh tidak menyukaimu! Kau seharusnya memohon padaku dan mengaku salah. Jika kau memohon maka aku akan bersimpati dan menandatangani kontrak. Dasar bodoh! Sekertaris tolong bawakan stempel untuk tanda tangan kontrak.” Seung Jo dan Bapanya langsung tersenyum senang.
Tuan Yoon berkata, “Kau harus mengembalikan uangku ini berlipat ganda!” Seung Jo menjawab dengan senang, “Tentu saja! Aku akan melakukannya.” Bapa Seung Jo sangat senang dan mengucapkan terima kasih.
Keluarga Baek dan Keluarga Oh semuanya berkumpul bersama membicarakan kesuksesan Seung Jo yang minggu depan akan mengadakan peluncuran permainan. Bapa Seung Jo berkata, “Seung jo aku berhutang banyak padamu.Ini membuatku berfikir, Apakah kau sungguh anakku? Kau sangat keren. Tapi kau pikir aku hanya melewati ini sekali atau dua kali hah? Ya dan aku pikir kau bisa berhenti sekarang. Kau sudah cukup baik melakukannya dan kau bisa berhenti. Ini saatnya kau memilih jurusanmu untuk tahun depan. Bukankah kau ingin masuk kedokteran? Kau harus masuk!” Semuanya senang.
Seung Jo tiba-tiba berkata, “Tapi belum ada jaminan jika permainan ini akan sukses. Jika kita berhutang maka kesehatanmu…” Bapa Seung Jo memotong pembicaraan dan berkata, “Sudah jangan banyak bicara! Aku ini terkenal dalam industri game jadi jangan meremehkanku. Kau jangan berani-berani mencuri kursi direkturku! Aku akan tetap menjadi direktur untuk 20 tahun kedepan!” Papah bertanya, “Lalu setelah itu?” Eun Jo menjawab, “Aku ada disini! Aku lebih baik dalam bidang game dari pada Kakakku. Dia tidak menyukai game dan tidak pandai dalam hal itu. Jika aku bekerja keras dari sekarang maka aku akan menjadi pewaris perusahaan yang hebat. Jadi Kak Seung Jo sebaiknya menjadi dokter saja yang bisa menyembuhkan pasien seperti No Ri.”
Seung Jo berkomentar, “Sepertinya aku langsung di tendang keluar setelah aku menyelamatkan perusahaan yang hampir runtuh ini.” Semuanya tertawa dan Ibu Seung Jo berkata, “Ayo kita dukung Seung Jo masuk ke jurusan kedokteran!”
Tangan Joo Ri terluka karena memotong rambut sehingga Ha Ni mengobatinya. Joo Ri berkata, “Sebentar lagi aku akan lulus sekolah memotong rambut dan kalian harus membelikan aku satu set gunting khusus untuk memotong rambut.” Min Ah berkomentar, “Itu sangat mahal.” Joo Ri merengek, “Tapi itu barang yang orang-orang dapatkan setelah lulus. Jadi kalian berdua harus mulai menabung untuk membelikan aku satu set gunting khusus.”
Ha Ni berkata, “Baiklah aku akan mulai mencari kerja sambilan.” Min Ah berkomentar, “Kalau begitu belikan aku apan untuk menggambar di komputer.” Ha Ni lalu berkata, “Ah Min Ah aku sudah melihat web desaign-mu. Benar-benar lucu dan itu menceritakan tentang kita.” Joo Ri marah, “Huh tapi Min Ah menggambarku dengan sangat besar. Apa aku sebesar itu hah?” Ha Ni berkata, “Tapi karaktermu paling terkenal Joo Ri.” Joo Ri tersenyum senang dan berkata, “Wah Min Ah apa kau akan menjadi komikus terkenal? Aku harus meminta tanda tanganmu dari sekarang sepertinya.”
Seung Jo mulai meluncurkan produk permainan terbaru dan itu benar-benar terkenal hingga dia di wawancarai di TV karena hal ini. He Ra dan Tuan Yoon sedang menonton tayangan itu. He Ra berkata, “Kakek, bukankah dia hebat?” Tuan Yoon berkomentar, “Ya. Dia sungguh idaman semua wanita.” He Ra berkata, “Tentu saja. Apa mungkin aku menyukai laki-laki biasa?” Tuan Yoon berkata, “Tapi itu masa lalu. Apakah kau sudah menghapus dia dari perasaanmu? Kau terlihat marah padanya.” He Ra berkomentar, “Jika aku melihatnya maka aku akan terlihat serakah. Ah sungguh melelahkan.”
Joon Gu sedang mencuci piring sambil melihat Seung Jo yang sedang di wawancarai di TV. Joon Gu tersenyum dan berkata, “Baek Seung Jo kau adalah yang memotivasiku untuk menjadi orang sukses. Tunggu dan lihat saja, aku akan menjadi sukses.”
Bapa Seung Jo, Ibu Seung Jo, Eun Jo dan Ha Ni sedang sarapan bersama. Bapa Seung Jo bilang bahwa Seung Jo sangat mengangumkan. Ibu Seung Jo lalu bilang bahwa permainan yang di luncurkan oleh Seung Jo ini sangat baik perkembangannya di Internet dan web design yang di buat oleh Min Ah juga sangat lucu. Ha Ni bilang bahwa Web design buatan Min Ah memang sangat terkenal dan mungkin Min Ah bisa menjadi seorang komikus terkenal.
Bapa Seung Jo bilang bahwa saat ini sulit sekali menjadi pekerjaan jadi beruntung sekali teman-teman Ha Ni jika sudah mempunyai pekerjaan karena masih ada saja orang yang tidak peduli akan pekerjaan. Eun Jo berkomentar, “Sepertinya di rumah ini juga ada orang yang tidak peduli akan hal itu.” Ibu Seung Jo jelas langsungmemarahi Eun Jo. Ibu Seung Jo lalu berkata, “Ah ya Ha Ni ada surat yang dikirim oleh Universitasmu. Ini.”
Ha Ni menerima surat itu dan membukanya. Ibu Seung Jo bertanya, “Apa itu?” Ha Ni sedih melihat surat itu dan berkata, “Ini rapot…” Eun Jo berkomentar, “Ini terlihat jelas bagaimana hasilnya.”
Ha Ni membawa rapot itu ke kamarnya dan dia benar-benar kesal. Seung Jo masuk ke kamar Ha Ni dan Ha Ni langsung mengeluh, “Bagaimana ini? Aku sudah menghitung nilaiku dan aku pikir nilaiku bagus. Tapi kenapa hasilnya seperti ini?” Seung Jo berkomentar, “Mungkin ada kesalahan hitung. Tapi jika memang hasilnya seperti itu maka kau harus lebih bekerja keras. Percuma kau datang padaku dan menangis. Kau yang menyebabkan hal ini jadi hanya kau yang bisa bertanggung jawab.”
Saat Seung Jo mau keluar kamar Ha Ni, Ha Ni mencegahnya dan berkata, “Hmm aku pikir aku tidak pandai belajar… Haruskah aku menyerah kuliah saja? Aku sudah berusaha tapi nilaiku sepertinya tidak membaik.” Seung Jo berkomentar, “Lalu jika kau berhenti maka kau akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengikutiku hah? Bagaimana mungkin kau bisa berfikiran seperti itu sementara orang di sekitarmu berusaha dengan keras untuk mendapatkan pekerjaan. Apa yang akan kau lakukan nanti hah? Apa kau sudah memikirkan masalah karirmu untuk masa depan? Kau tidak pernah memikirkan hal itu sehingga perhitunganmu pun salah dan nilaimu tidak pernah bertambah. Apa yang aku katakan ini salah?”
Ha Ni kesal dan menjawab, “Baek Seung Jo kau tidak mengerti aku. Kau hebat dalam segala hal walaupun kau tidak berusaha keras. Bahkan kau populer di kalangan wanita. Kau tidak mengerti perjuangan seseorang. Orang sepertimu tidak pernah mengerti perasaanku!” Seung Jo berkata, “Jika kau tidak memiliki ketekunan maka apa yang akan kau lakukan hah? Maka kau tidak akan memiliki kelebihan apapun.” Ha Ni berkata, “Kau… Kau orang yang sangat dingin Baek Seung Jo!”
Ha Ni mengambil mantelnya dan langsung memakainya. Seung Jo bertanya, “Kau mau pergi kemana?” Ha Ni menjawab, “Kemanapun.” Seung Jo bertanya kembali ,”Apa ada tempat untumu selarut ini?” Ha Ni menjawab, “Ada. Aku bisa pergi ke laki-laki lain.” Seung Jo tersenyum dan berkata, “Benarkah? Jadi kau memiliki kebarnian seperti itu? Bong Joon Gu atau Kyung Soo?” Ha Ni berkata, “Meskipun kamu akan menyesal, aku tidak akan peduli.” Seung Jo keluar kamar Ha Ni dan berkata, “Lakukan apa yang kau inginkan.”
Ha Ni keluar rumah dan membawa kopernya. Ha Ni berkata, “Kau keterlaluan Baek Seung Jo! Aku sudah sedih karena nilaiku dan kau menambah kesedihanku! Sebahagia apapun aku, aku tetap merasa sedih. Aku ingin kau membuatku senang walaupun sedikit! Baek Seung Jo si darah dingin!!”
Ibu Seung Jo memarahi Seung Jo dan dia berkata, “Apa yang kau lakukan padanya? Bukankah kau tau bahwa dia itu tipe wanita yang tidak pantang menyerah walaupun kau mengatakan hal kejam. Apa yang kau katakan padanya hah? Apa yang kau katakan hingga dia pergi?” Seung Jo menjawab, “Dia mungkin pergi ke temannya, lagi pula aku tidak mengatakan apapun. Aku hanya memberinya motivasi karena dia mendapatkan peringatan dari kampus.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Kau ini keterlaluan. Aku pikir kau sudah lebih baik. Kenapa kau seperti ini lagi?” Seung Jo menjawab, “Ini kesempatan yang bagus. Dia harus berpisah denganku sementara waktu agar dia bisa memikirkan dirinya sendiri.”
Ha Ni datang ke tempat kerja Joo Ri dan Joo Ri sangat kaget melihat Ha Ni, dan dia semakin kaget saat Ha Ni bilang bahwa dia pergi dari rumah.
Akhirnya Joo Ri, Min Ah dan Ha Ni pergi ke bar dan berbicara. Min Ah bertanya, “Jadi kau gagal dalam satu kelas dan kalian bertengkar?” Joo Ro bertanya juga, “Jadi ini pertengkaran pasangan hah?” Ha Ni kesal dan menjawab, “Huh aku sedang tidak ingin bercanda.” Min Ah berkomentar, “Sepertinya hanya kau yang berfikiran keluar rumah hanya karena hal seperti ini.” Joo Ri berkata, “Mungkin dia nanti akan menjemputmu Ha Ni.” Ha Ni tersenyum dan bertanya, “Hmm benarkah?” Min Ah menjawab, “Entahlah. Sudah minum saja. Kau bisa menginap di tempatku untuk hari ini.”
Sepulang dari bar itu, Ha Ni, Joo Ri, Min Ah naik taxi untuk pulang. Ha Ni berfikir, “Apakah Seung Jo sudha tidur? Tidak mungkin. Karena aku pergi seperti ini pasti dia khawatir dan tidak bisa tidur. Apakah dia akan mencariku? Apakah aku harus mengirim dia sms agar dia tahu keberadaanku? Tidak peduli bagaimanapun seperti aku keterlaluan karena bilang padanya bahwa aku akan pergi kepada laki-laki lain. Apakah dia akan menjemputku besok? Apakah dia khawatir? Baek Seung Jo… Aku kesepian tanpamu. Ini mungkin menyedihkan tapi… aku meindukanmu Seung Jo!”
Ha Ni, Min Ah dan Joo Ri pergi ke kampus bersama. Min Ah berkata, “Ha Ni sepertinya kau tidak tidur dengan nyenyak semalam. Jika kau merindukan Seung Jo maka pulanglah.” Ha Ni berkata, “Huh aku tidak boleh menyerah sekarang karena sudah sejauh ini. Ini kesempatan untukku membuat dia menyadari arti penting kehadiranku. Aku tidak bisa menjadi prang yang selalu berkata suka padanya.” Joo Ri berkomentar, “Ya ampun Oh Ha Ni sepertinya ini pertama kali kau berfikir menggunakan akal sehatmu.”
Joo Ri lalu pamit untuk pergi kerja dan Min Ah berkata, “Kau mengambil keputusan yang benar dan kau harus tetap berjuang.” Ha Ni bertanya, “Hmm tapi bagaimana dengan Seung Jo? Haruskah aku diam-diam melihatnya drai jauh?” Min Ah berkata, “Oh Ha Ni….” Ha Ni berkomentar, “Kenapa? Ini menyenangkan untuk melihat wajahnya yang merindukanku. Ayo lah.”
Min Ah dan Ha Ni pergi ke fakultas kedokteran dan dia diam-diam mengintip Seung Jo. Ha Ni melihat Seung Jo yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan Min Ah berkata, “Huh dia terlihat bersenang-senang. Dia tidak terlihat menderita karena kau tinggalkan.” Ha Ni benar-benar kesal dan bekata, “Aku tidak akan kembali ke rumah! Tidak akan!”
Ibu Seung Jo sedih karena Ha Ni sama sekali tidak menghubungi rumah sejak kemarin. Seung Jo pulang dan Ibu Seung Jo bertanya, “Bagaimana dengan Ha Ni? Apakah kau melihatnya?” Seung Jo menjawab, “Tidak.” Ibu Seung Jo berkata, “Bagaimana ini? Pergilah menyelesaikan masalah dan pulang dengan membawa Ha Ni. Huh kenapa Ha Ni menjadi keras kepala begini? Ha Ni pasti ingin kembali tapi dia tidak mempunyai kesempatan. Dia pasti kesulitan saat ini. Kau bahkan tidak tahu hal ini?” Seung Jo tidak berkomentar apapun dan langsung pergi kekamanya.
Ibu Seung Jo kesal dan berkata, “Huh bagaimana mungkin ada orang sedingin dia? Kasihan sekali Ha Ni.” Papah berkomentar, “Sudah biarkan saja. Ini masalah mereka jadi biarkan mereka yang menyelesaikan masalahnya. Mungkin sesuatu yang baik akan terjadi pada Ha Ni setelah mereka berpisah untuk sementara waktu.” Ibu Seung Jo berkata, “Jika kau berkata seperti itu amka apa yang bsia kita lakukan lagi? Ha Ni baru satu hari meninggalkan rumah ini tapi aku sudah sangat merindukannya.”
Min Ah meminta maaf pada Ha Ni karena Ha Ni tidak bisa tinggal di rumahnya lagi karena keluarga Min Ah datang . Min Ah berkata, “Kau akan pulang ke rumah kan? Jnagan seperti itu… Pulanglah. Dia mungkin sedikit kejam tapi aku rasa ini untuk kebaikanmu. Pulanglah. Maafkan aku ya Ha Ni. Cerialah….” Ha Ni menjawab, “Ya aku mengerti. Masuklah kau kedalam rumah dan aku akan segera pergi.”
Setelah Min Ah pergi menuju rumahnya. Ha Ni berkata, “Huh kemana aku harus pergi sekarang? Si Jelek Baek Seung Jo bahkan tidak mengkhawatirkanku! Bagaimana mungkin dia bahkan tidak menelfonku?”
Seung Jo sedang di kamarnya dan dia berniat menelfon Ha Ni. Namun dia masih gengsi sehingga dia tidka jadi menelfon Ha Ni.
Ha Ni memutuskan untuk tidka pulang ke rumah dan dia terus berkeliling kota sendirian. Dia ketakutan karena banyak sekali orang yang mengganggunya.
Seung Jo melihat Ibunya yang mau pergi dan dia bertanya, “Ibu mau kemana malam begini?” Ibu Seung Jo menjawab, “Karena kau tidak mencarinya terus maka aku yang akan mencarinya!!!” Seung Jo berkomentar, “Aku juga mengkhawatirkannya tapi ini adalah masalah dia jadi ibu harus membiarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri. Ini adalah hal yang terbaik untuk Ha Ni.” Ibu Seung Jo menjawab, “Huh ya aku mengerti. Tapi apa kau tau sesuatu hah? Perasaan seseorang itu tidak seperti matematika yang mempunyai jawaban. Apa jawaban yang benar… Aku juga tidak tahu.”
Ha Ni berjalan sendirian dan berkata, “Huh Seung Jo benar. Aku selalu bergantung pada orang lain dan tidak pernah memikirkan diriku sendiri. Atau memikirkan masa depanku. Tapi tetap aku tidak akan pulang. Jika aku pulang maka ini tidak akan mengubah semuanya. Lihat saja, sebelum aku menikah, aku akan menjadi wanita yang pantas untuk Baek Seung Jo!”
Ha Ni melihat sebuah Restaurant yang kebetulan sedang mencari pekerja sehingga dia pun melamar pekerjaan di restaurant itu sebagai pelayan. Bibi Restaurant itu sangat baik dan bertanya, “Apa gadis muda sepertimu bisa melakukan pekerjaan ini? Ini cukup berat dan jika Restaurant sedang ramai maka kau juga harus memasak. Apa ini tidak apa-apa?” Ha Ni menjawab, “Tenang saja. Ayahku adalah koki Restaurant juga jadi aku pasti bisa melakukannya. Aku akan melakukan yang terbaik.”
Min Ah dan Joo Ri sedang berbicara di taman kampus. Min Ah berkata, “Aku pikir dia akan pulang ke rumahnya tapi ternyata dia bekerja paruh waktu di Restaurant.” Joo Ri berkomentar, “Uh Oh Ha Ni mencari masalah kembali.” Min Ah berkata, “Ha Ni bilang kita harus merahasiakan ini dari Seung Jo.” Joo Ri berkata, “Oh jadi dia ingin membuat sesuatu yang berarti hingga dia bertemu Seung Jo?’ Min Ah menjawab, “Entahlah. restaurantnnya terlihat kumuh. Bahkan celemek kotor itu sangat tiak cocok di pakai Ha Ni.”
Joo Ri lalu bertanya, “Lalu bagaimana dengan kuliahnya? Dia bilang dia ingin keluar. Apakah dia akan terus bekerja di Restaurant itu?” Min Ah tiba-tiba kaget karena ternyata Seung Jo mendengar semua pembicaraan mereka tadi.
Ha Ni benar-benar bekerja keras di Restaurant. Dia mengantarkan makanan, mencuci piring, mengelap sendok, bahkan dia juga ikut membantu memasak.
Saat sedang mengantarkan makanan, Ha Ni bertemu dengan He Ra yang baru keluar dari toko buku. Ha Ni mencoba menghindar namun He Ra mengenali Ha Ni. He Ra berkata, “Jadi sekarang kau bekerja?” Ha Ni mengalihkan pembicaraan, “Hmm aku dengar kau akan masuk jurusan hukum. Selamat. Tapi aku dengar ujian lisensinya sangat sulit.” He Ra menjawab, “Jika kau tidak sejenius Seung Jo maka itu akan sulit jika hanya mencobanya sekali. Bahkan ada yang mencoba tes itu hingga 12 tahun.” Ha Ni berkomentar, “Kalian beruntung karena segalanya terlihat mudah untuk kalian.” He Ra berkata, “Banyak yang mengatakan seperti itu tapi tidak penting seberapa pintar engkau jika kau tidak bisa mengikutinya. Aku tidak yakin tapi aku rasa Seung Jo juga bekerja keras untuk ujiannya.”
He Ra berkata, “Tidak ada yang gratis dalam hidup ini. Karena kau merasa kesulitan dalam belajar… Apa kau mencoba mencari hal lain? Hmm apa itu? Ah apakah menjadi ibu rumah tangga? Itu sempurna. Kau dan nampan itu sangat cocok sekali. Bekerja keraslah, aku akan mendoakanmu. Sampai Jumpa Ha Ni…”
Ha Ni kembali ke Restaurant dan Bibi Restaurant bilang bahwa ada pelanggan yang memesan sup. Ha Ni menyiapkan supnya dan mengantarkannya ke pelanggan yang memesan. pelanggan itu mencicipi sup dan berkomentar, “Rasanya hambar.” Ha Ni kaget dan berkata, “Benarkah? Aku akan memasaknya kembali.” Ha Ni melihat pelanggan itu dan sangat kaget saat melihat kalo pelanggan itu adalah Seung Jo. Seung Jo berkata, “Percuma kau memasaknya beberapa kali juga. Temanmu bilang ini Restaurant yang enak, apa temanmu itu memiliki selera yang aneh.”
Ha Ni dan Seung Jo pergi ke luar restaurant untuk berbicara. Seung Jo bertanya, “Apa yang akan kau lakukan di masa depan?” Ha Ni menjawab, “Berpisah denganmu untuk sementara… Aku sadar bahwa ini melelahkan dan aku begitu kekanak-kanakan. Aku terlalu memikirkan kesenanganku saja.” Seung Jo kembali bertanya, “Jadi kau sudah membuat keputusan? Apa itu” Ha Ni mengangguk dan berkata, “Ya aku memikirkannya. Seung Jo mungkin kau akan merasa ini konyol dan menertawakannya. Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, ini adalah hal yang kuinginkan. Yaitu membantu Baek Seung Jo bekerja. Aku akan menjadi perawat karena ini berhubungan dengan kehidupan, mungkin kau berfikir ini tidak cocok denganku. Tapi aku sungguh serius memikirkan ini. Aku ingin menjadi istri yang cocok untukmu.”
Seung Jo tersenyum dan berkata, “Jadi kau telah memikirkannya? Berusahalah yang terbaik untuk menjadi perawat.” Seung Jo lalu memeluk Ha Ni dan berkata, “Berhentilah seperti ini dan kembali ke rumah.” Ha Ni bertanya, “Bolehkah? Sebenarnya aku sangat merindukanmu dan aku pikir aku akan mati hanya karena hal ini.” Seung Jo berkata, “Aku tau. Aku tau semuanya.”
Semua sudah kembali seperti awal dan mereka berkumpul di ruang makan untuk makan bersama. Papah berkata, “Seung Jo kau sepertinya sangat sibuk karena aku jarang sekali melihatmu.” Seung Jo berkata, “Ya aku sepertinya akan sangat sibuk hingga tahun depan ini.” Ha Ni mau berbicara namun Bapa Seung Jo mendahuluinya, “Ah ya Seung Jo pasti akan sangat sibuk karena game buatannya akan di pamerkan dalam acara Amerika Game Show pada tahun depan.” Semuanya pun senang mendengar hal itu.
Ibu Seung Jo lalu berkata, “Semuanya tolong dengarkan. Tolong kosongkan jadwal kalian semua pada hari rabu depan!” Bapa Seung Jo berkomentar, “Hmmm Rabu? Aku ada janji bermain golf dengan Tuan Yoon.” Papah berkomentar, “Hmm aku juga tidak bisa karena ada janji dengan karyawan Restaurantku untuk pergi berlibur bersama.” Eun Jo juga berkata, “Aku tidak bisa karena aku di undang ke ulang tahun temanku.” Seung Jo berkomentar, “Aku juga tidak bisa.” Ibu Seung Jo berkata, “Baiklah pokoknya kalian harus membatalkannya!” Seung Jo bertanya, “Memangnya ada apa rabu depan?” Ibu Seung Jo tersenyum dan menjawab, “Pernikahanmu.” Semuanya jelas kaget mendengar hal itu.

naughty kiss 15

0 komentar
Semua anggota keluarga sangat kaget saat mendengar ucapan Ibu Seung Jo yang bilang bahwa Rabu depan akan di adakan pernikahan Seung Jo dan Ha Ni. Seung Jo kesal dan berkata, “Ibu berhentilah mengatur semuanya sesuai dengan yang ibu inginkan.” Ibu Seung Jo berkata, “Omo mengatur apa? Bukankah kau yang bilang ingin menikah?” Seung Jo menjawab, “Aku bilang setelah lulus.” Ibu Seung Jo berkata, “Kapan itu? Kau nanti harus bekerja, kemudian melakukan wajib militer. Jadi untuk apa menundanya? Bukankah lebih baik lebih cepat? Lakukanlah selagi Ha Ni sangat cantik.”
Bapa Seung Jo dan Eun Jo ingin berkomentar namun Ibu Seung Jo langsung berkata, “Hentikan! Pokoknya kosongkan jadwal kalian pada hari rabu depan! Apa kalian tidak tahu betapa sulitnya mencari reservasi gedung untuk pernikahan? Pada rabu depan kosongkan jadwal kalian semua dan ayo saling membantu.” Ibu Seung Jo langsung pergi dan tidak menerima komentar apapun. Sementara itu Ha Ni terlihat tersenyum senang.
Papah Ha Ni belum tidur dan sedang duduk di teras luar. Ibu Seung Jo menghampirinya dan bertanya, “Ada apa? Apa aku berlebihan dengan melakukan hal ini? Aku hanya berfikiran bahwa mereka akan lebih baik jika langsung menikah karena kita sudah tinggal bersama-sama.” Papah berkomentar, “Ah ya aku mengerti. Tapi ya sejujurnya ini sedikit menggangguku. Tapi terima kasih untuk semuanya.” Ibu Seung Jo bertanya, “Tapi kenapa ekspresimu seperti yang tidak senang?” Papah menjawab, “Ah tidak. Aku hanya bingung dengan apa yang harus kupersiapkan.” Ibu Seung Jo berkata, “Apa yang perlu disiapkan? Sudah tenang saja. Semuanya sudah di persiapkan bahkan gedung pernikahan pun sudah aku sewa. Kita hanya memerlukan gaun dan cincin saja.”
Ha Ni memberi tahu rencana pernikahannya dan tentu saja Joo Ri dan Min Ah kaget mendengar hal itu. Joo Ri bertanya dengan berbisik, “Apakah kalian mengalami suatu kecelakaan?” Ha Ni kesal dan berkata, “Tentu saja tidak!”
Joo Ri melihat Joon Gu yang sedang memasak di dapur lalu dia bertanya, “Hmm apa Bong Joon Gu tau?” Ha Ni menjawab, “Ya. Papah memberi tahu padanya.” Min Ah berkomentar, “Pantas saja dia terlihat lesu. Bahkan dia tidak menyadari kehadiran kita.” Joo Ri lalu bertanya, “Ah apa kau sudah mempersiapkan gaun pengantinmu? Bagaimana dengan cincin pernikahanmu?” Ha Ni menjawab, “Aku akan mempersiapkannya hari ini. Benar-benar sibuk sekali kau hari ini.”
Ada seorang tamu asing yang masuk kedalam restaurant Papah dan itu membuat pelayan kebingungan dan langsung memanggil Papah. Ha Ni dan teman-temannya kebingungan dan memilih untuk tetap makan saja. Papah tidak mengerti apa yang harus di katakan pada orang asing itu sehingga dia hanya bisa berkata, “Hi. Thank You.” Papah lalu meminta bantuan Ha Ni karena Ha Ni adalah seorang mahasiswa dan Ha Ni pasti bisa berbahasa Inggris.
Ha Ni kebingungan dan berkata, “Hi. How are you?” Orang asing itu menjawab, “Hi. Aku… Aku ingin makan mie. Tolong berikan aku mie.” Semuanya kaget mendengar itu karena ternyata orang asing itu bisa berbahasa korea dengan fasih. Papah keheranan dan berkata, “Ah ternyata dia bisa berbahasa Korea dengan baik.”
Papah menyediakan Mie untuk orang asing itu dan orang asing itu menikmatinya dan bertanya banyak hal mengenai mie korea. Min Ah bertanya, “Tapi bagaimana bisa kau berbahasa Korea dengan fasih?” Orang asing itu menjawab, “Ibuku orang Korea dan Papahku orang Inggris. Aku datang kemari untuk melihat kampung halaman ibuku dan aku disini hanya 10 hari.”
Orang asing itu menyicipi Kimchi mentimun dan bilang bahwa kimchi itu sangat enak. Papah berkata, “Ah pria itu yang membuat kimchi enak ini.” Pria yang di maksud Papah itu adalah Joon Gu yang hanya bisa mengangguk di dapur dan melanjutkan memasak. Papah berkomentar, “Ah pria itu dari Busan jadi ya sedikit kaku.” Orang asing itu hanya bisa berkata, “Ah yeah….”
Ha Ni dan Seung Jo datang ke toko cincin dan mencari cincin untuk acara pernikahan mereka. Ha Ni memilih cincin namun Seung Jo selalu menolak cincin pilihan Ha Ni. Ha Ni kesal dan berkata, “Kalau begitu kau saja yang memilihnya.” Seung Jo bertanya, “Haruskah kita membeli cincin?” Ha Ni menjawab, “Tentu saja! Cincin itu adalah simbol dari cinta.” Seung Jo berkomentar, “Simbol cinta? Bagaimana bisa benda yang materialistis ini di sebut simbol cinta?Aku tidak akan membelinya!” Ha Ni mencegah Seung Jo dan berkata, “Kau harus membelinya! Ini sebagai tanda bahwa kau adalah laki-laki yang sudah menikah!” Seung Jo bertanya, “Jadi ini bukan simbol cinta, melainkan simbol pengikat?”
Seung Jo langsung pergi dari toko cincin itu meninggalkan Ha Ni yang masih melihat-lihat cincin. ha Ni kesal dan dia mersa cemburu saat melihat ada pasangan yang sedang membeli cincin pasangan juga.
Ha Ni menarik Seung Jo menuju Butik Baju Pengantik. Seung Jo berkomentar, “Untuk apa membeli gaun ini jika kau hanya memakainya satu kali? Aku sudah memiliki jas ini.” Ha Ni merangkul tangan Seung Jo dan berkata, “Ayo masuklah aku ingin melihat-lihat gaun pengantin itu.” Seung Jo berkata, “Kalau begitu masuklah. Aku akan pergi ke suatu tempat dan menunggu.”
Seung Jo berjalan pergi dan Ha Ni mengejarnya lalu berkata, “Ah baiklah kalau begitu kita sekarang pergi ke studio photo saja.” Seung Jo bertanya, “Studio? Untuk apa?” Ha Ni menjawab, “Hmm untuk photo album.” Seung Jo berkomentar, “Tidak mau! Aku tidak mau di foto seperti itu, ‘Suami tolong lihat kemari, istri tolong lebih mendekat.’ Apa kau ingin aku melakukan hal bodoh itu? Tidak akan!”
Ha Ni kesal dan berkata, “Ini tidak adil! Kau menolak cincin, menolak gaun, dan sekarang kau menolak pemotretan? Jika kau tidang ingin melakukannya lalu kenapa kau pergi keluar bersamaku?” Seung Jo menjawab, “Apa kau pikir aku keluar karena keinginanku? Aku kemari hanya karena kalian menginginkannya.” Ha Ni berkata, “Karena sudah terlanjut keluar lalu kenapa kau tidak membantu saja hah? Kau hanya bisa mengeluh dan menolak ini itu!” Banyak orang yang lewat dan memperhatikan mereka. Seung Jo berkata, “Kenapa kau berkata seperti ini di jalan hah? Ini memalukan!” Ha Ni berkomentar, “Memalukan? Aku juga malu! Menurutmu bagaimana pikiran orang di toko cincin tadi hah? Kenapa aku harus selalu mengikuti keinginanmu?”
Seung Jo berkata, “Kalau begitu tidak usah beli!” Ha Ni kesal dan balas berkata, “Lalu bagaimana kita bisa saling mengikat hah?” Seung Jo berkomentar, “Huh sekarang aku mengerti kenapa banyak pasangan yang berpisah sebelum mereka menikah.” Seung Jo berjalan pergi dan meninggalkan Ha Ni yang kebingungan.
Ha Ni dan Seung Jo sedang ada di dalam mobil. Seung Jo berkata, “Aku katakan padamu sekarang. Bahkan setelah menikahimu aku mungkin tidak akan sanggup melihatmu. Aku tidak dapat menyesuaikan diri denganmu.” Ha Ni bertanya, “Kapan kau pernah seperti itu?” Seung Jo berkomentar, “Benar-benar… Ini semua karena Ibuku.” Ha Ni berkata, “Ini bukan karena Ibu! Kalau begitu kenapa kau ingin menikahiku?” Seung Jo berkomentar, “Yeah. Aku menyesal kenapa pernah mengatakan hal itu. Aku pikir kita harus memikirkan kembali hal ini.” Ha Ni benar-benar kecewa mendengar kata-kata Seung Jo.
Ha Ni menceritakan semua ini pada Joo Ri dan Min Ah yang kaget mendengarnya. Joo Ri bertanya, “Benarkah? Jadi kau bahkan belum mendapatkan gaunmu?” Ha Ni menjawab, “Ya. Bahkan kita tidak berbicara di rumah. Jika kita bertemu, maka dia akan menghindariku.” Min Ah bertanya, “Apa? Padahal tinggal beberapa hari lagi waktu pernikahanmu itu.” Ha Ni berkata, “Dia bilang padaku bahwa dia menyesal karena telah memintaku menikah dan ingin memikirkan hal ini lagi.”
Min Ah mencoba menenangkan Ha Ni dengan berkata, “Kau kan tau kalau Baek Seung Jo itu memang dingin. Bahkan jika dia berbicara seperti itu, itu bukan maksud yang ingin dia katakan.”
Papah sedang ada di Restaurant sambil membaca buku. Seung Jo datang ke Restaurant dan bertanya, “Buku apa yang anda baca?” Papah menjawab, “Buku mengenai nasihat ayah pada anak perempuannya. Apa yang membuatmu datang pada jam segini?” Seung Jo terlihat kebingungan dan berkata, “Hmm ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”
Ibu Seung Jo membuka bungkusan cangkir dan Ha Ni terlihat lesu. Ibu Seung Jo bertanya, “Kenapa calon pengantin terlihat begitu lesu? Apa Seung Jo bertingkah menyebalkan?” Ha Ni menjawab, “Ah tidak-tidak. Hey cangkir ini terlihat cantik.”
HP Ha Ni berbunyi dan itu telfon dari Papah. Papah bertanya, “Ha Ni… Kau sedang apa? Kalau begitu datanglah kemari.” Ha Ni kebingungan dan balik bertanya, “Sekarang? Kenapa? Apa terjadi sesuatu? Kencan? Ah baiklah aku akan segera kesana.”
Ha Ni datang ke Restaurant dan menemui Papah yang berdiri di luar. Ha Ni melihat kedalam Restaurant dan kaget saat melihat ada Seung Jo di dalam Restaurant.
Mereka bertiga pun pergi ke suatu tempat dengan mobil Seung Jo. Ha Ni bertanya, “Kita akan pergi kemana?” Seung Jo hanya menjawab, “Kau akan mengetahuinya begitu kita sampai.”
Dan ternyata mereka bertiga pergi ke sebuah tempat pemakaman. Seung Jo meletakan bunga di sebuah makam dan Papah berkata pada Ha Ni, “Seung Jo ingin bertemu dengan Nenek dan Ibumu. Aku terlalu sibuk sehingga lupa akan hal ini.” Ha Ni hanya bisa terdiam.
Seung Jo lalu berkata, “Senang bertemu denganmu Ibu. Nenek… Cucu menantumu ada disini. Apa kau menyukaiku? Aku khawatir karena Ha Ni sudah tidak mendengarkanku lagi. Tapi kamu tidak perlu khawatir karena aku akan menjaganya.” Ha Ni bergumam pelan, “Aku benci….” Seung Jo mendengar kata-kata itu dan bertanya, “Benci?” Ha Ni menggeleng dan menjawab, “Aku suka… Terima kasih. Ibu… Nenek… Aku akan menikah.” Seung Jo dan Ha Ni tersenyum sementara Papah terlihat sedih.
Mereka berdua lalu berjalan bersama-sama. Seung Jo berkata, “Kyung Soo akan menjadi pembawa acara karena EO pernikahan kita tidka menyediakan pembawa acara.” Ha Ni bertanya, “Lalu bagaimana dengan rencana bulan madu kita? Kemana kita akan berbulan madu?” Seung Jo berkomentar, “Hmm bulan madu? Apa kita harus melakukannya? Kita tidak memiliki banyak waktu.” Ha Ni kesal dan berkata, “Huh lagi-lagi kau menolak.” Seung Jo pun berkata, “Baik baik… Kemana? Kamu mau pergi kemana?” Ha Ni menjawab, “Hmm Italy? Rome?” Seung Jo berkomentar, “Rome? Dalam mimpimu saja!”
Ha Ni berkata, “Aku bercanda. Walaupun tidak pergi jauh tapi aku harap kita pergi ke sebauah pulau.” Seung Jo berkomentar, “Baiklah. Bagaimana jika Pulau Yeo Eui Do? kenapa? Bukankah itu salah satu pulau yang indah? Atau Pulau Bam? Ah ya baiklah Pulau Ddook?” Ha Ni jelas tidak setuju karena itu Pulau-pulau dekat yang ada di sekitar sungai Han. Seung Jo pun berkata, “Baiklah kita tentukan dengan permainan di HP ini. Jika gambar yang keluar 3 kali sama maka kita akan pergi ke tempat yang kau inginkan. Bagaimana?” Ha Ni berkomentar, “Baiklah. Tapi itu kemungkinannya sangat kecil.” Seung Jo langsung memulai permainan di HP dan ternyata gambar yang keluar itu sama dan tentu saja Ha Ni sangat senang karena dia yang akan memutuskan bulan madu mereka itu ke Pulau Jeju. Seung Jo juga diam-diam ikut tersenyum senang.
Joo Ri dan Min Ah menginap di rumah Seung Jo karena besok adalah hari pernikahan Ha Ni. Joo Ri bertanya, “Bagaimana perasaanmu? Besok hari pernikahanmu.” Ha Ni menjawab, “Entahlah. Aku belum merasakan perasaaan deg degan itu.”
Joo Ri dan Min Ah saling menatap lalu mengeluarkan sebuah kotak hadiah untuk Ha Ni. Ha Ni membuka hadiah iu dan ternyata hadiahnya adalah pakaian dalam, baju tidur dan juga parfume. Joo Ri berkata, “Kami membeli ini di internet. Mereka bilang bahwa hadiah yang cocok untuk pasangan yang akan bulan madu itu adalah pakaian dalam dan pakaian tidur.” Ha Ni langsung tersenyum malu-malu.
Joo Ri berkata, “Kau harus mandi dahulu. Lalu kau pakai pakaian dalam ini dan semprotkan sedikit parfume ini.” Min Ah berkomentar, “Dan kau juga harus memakai make up yang bagus.” Joo Ri berkata, “Ah ya saat kau mandi kau dilarang bernyanyi.” Ha Ni kebingungan dan bertanya, “Hmm kenapa?” Min Ah menjawab, “Karena laki-laki akan menganggap kau lebih kuat.” Semuanya tertawa dan Joo Ri tiba-tiba bertanya, “Hey bagaimana ciuman Baek Seung Jo? Apakah dia pandai melakukan hal itu?” Ha Ni semakin malu saat di tanya seperti itu.
Di ruang keluarga, Papah Ha Ni memberikan satu set perlengkapan makan. Ibu Sueng Jo bertanya, “Apa ini?” Papah menjawab, “Aku dengar jika aku tidak melakukan apa-apa maka setidaknya aku perlu memberikan ini. Ah ya aku juga membeli satu set selimut. Itu ada di kamar tapi aku tidak tahu apakah kau suka atau tidak.” Bapa Seung Jo berkomentar, “Besan, kau sungguh baik sekali pada kami.” Papah tersenyum dan berkata, “Ya. Besan semoga kau juga baik padaku ya.”
Eun Jo bertanya, “Kak, apakah kau sudah tidur?” Seung Jo menjawab, “Belum.” Eun Jo kembali bertanya, “Jadi kau akan menikah dengan Oh Ha Ni?” Seung Jo menjawab, “Sepertinya begitu. Kenapa? Kau tidak menyukainya?” Eun Jo berkomentar, “Tentu saja. Oh Ha Ni itu bodoh dan aneh. Tidak epduli apapun pokoknya dia itu bodoh! Dia tidak bisa berenang tapi mencoba menyelamatkanku. Meskipun kau kejam padanya tapi dia tetap menyukaimu. Suatu saat aku akan menikahi wanita yang lebih pintar dari Oh Ha Ni dan lebih cantik dari dia. Tapi aku mendukungmu menikah dengan Oh Ha Ni karena aku menyukaimu. Tapi sejujurnya… Aku rasa benar jika kepribadianmu itu memiliki banyak masalah dan aku pikir kau memang harus menikahi orang seperti Oh Ha Ni. Kau melakukan hal yang benar. Selamat!” Seung Jo tersenyum mendengar hal itu.
Ternyata malam-malam Joon Gu datang ke rumah Seung Jo dan hanya melihatnya dari jauh. Joon Gu berkata, “Ha Ni… Aku sangat senang sekarang ini karena mungkin kau juga sangat bahagia. Saat kau bahagia maka aku juga akan bahagia. Selamat Oh Ha Ni. Mimpi indah dan sampai jumpa besok.”
Ha Ni selesai mandi dan dia masuk ke kamarnya dan melihat Joo Ri dan Min Ah sudah tertidur. Ha Ni berkomentar, “Huh mereka bilang ingon mengobrol denganku semalaman tapi ternyata mereka tidur terlebih dahulu.” Ha Ni menyelimuti mereka dan pergi keluar kamar.
Papah sedang minum di dapur dan Ha Ni datang menghampirinya. Papah bertanya, “Kenapa kau belum tertidur?” Ha Ni menjawab, “Aku tidak bisa tidur. Bagaimana denganmu?” Papah menjawab, “Hmm ya aku juga tidka bisa tidur.” Ha Ni menggenggam tangan Papah dan berkata, “Pah… Terima kasih karena telah membesarkanku sebaik ini.”
Ha Ni terlihat ingin menangis dan Papah pun berkata, “Jangan menangis, Matamu bisa bengkak. Jika matamu bengkak maka orang-orang akan bilang bahwa pengantin wanitanya tidak cantik. Sudah jangan menangis. Kenapa kau menangis di hari bahagiamu? Papah akan tersenyum jadi kau juga harus tersenyum, ok? Anak tunggal dari Papah yang seorang duda ini jika dia menangis di hari perikahannya maka hari akan hujan.” Ha Ni tersenyum dan berkata, “Baiklah… Aku akan tersenyum.”
Ha Ni lalu berkata, “Pah? Apakah kau mau berlatih untuk besok?” Papah dan Ha Ni berdiri bersama dan latihan berjalan untuk hari pernikahan Ha Ni. Papah sangat gugup dan Ha Ni terus memeluk lengan Papah.
Hari pernikahan akhirnya tiba…. Seung Jo dan keluarganya berdiri di depan aula gedung pernikahan untuk menyambut para tamu yang datang. Sementara pengantin wanita yaitu Ha Ni sedang menunggu di suatu ruangan khusus.
Ha Ni berkumpul bersama teman-temannya dan berfoto bersama. Pintu ruangan terbuka dan datanglah Guru Kang Yi bersama Guru Ji Oh (Ingat mereka? Guru Kang Yi itu wali kelas Ha Ni dan guru Ji Oh wali kelas Seung Jo.) Guru Kang Yi memberikan selamat pada Ha Ni yang akan menikah. Ha Ni melihat Guru Kang Yi yang sedang hamil dan bertanya, “Guru… kau sedang hamil?” Guru Kang Yi tersenyum malu-malu dan menunjuk Guru Ji Oh.
Guru Kang Yi lalu berkata, “Ha Ni kau sungguh hebat karena bisa menikah dengan Baek Seung Jo!” Ha Ni tersenyum malu-malu. Guru Ji Oh lalu mengajak Guru Kang Yi untuk keluar dari ruangan khusus pengantin wanita itu. Joo Ri berkomentar, “Ha Ni kau lihat itu? Suatu saat nanti kau juga akan hamil seperti itu.”
Pintu ruangan khusus pengantin terbuka dan He Ra datang masuk. He Ra melihat Ha Ni dan berkomentar, “Kau cantik.” Ha Ni balas berkata, “Hmm kau juga.” He Ra tersenyum lalu berkata, “Aku senang karena itu adalah kamu. Hmm maksudku ya aku senang karena Seung Jo memilihmu, bukan aku. Inilah sebabnya aku menyukainya. Baek Seung Jo memiliki selera yang bagus dalam masalah perempuan. Berbahagialah, jadi aku iri pada kalian dan ingin segera menikah juga.” Ha Ni berkata, “Baiklah aku akan bekerja keras.” He Ra berkomentar, “Jangan. Kau itu sudah sabar dan sangat gigih, jika kau bekerja keras juga maka semuanya akan mati.”
Mereka berdua tersenyum lalu He Ra berkata, “Selamat.” Ha Ni balas tersenyum dan berkata, “Terima kasih banyak.”
Seung Jo sedang menerima ucapan selamat dari teman-temannya dan datanglah Joon Gu. Joon Gu berkomentar, “Sepertinya kau bahagia. Kau tersenyum sangat lebar. Hingga mulutmu itu terlihat seperti akan robek.” Seung Jo hanya tersenyum dan berkata, “Kau tampan.” Joon Gu berkata, “Tentu saja. Siapa tahu Ha Ni akan berubah pikiran setelah melihatku. Aku bisa berlari bersamanya.” Seung Jo hanya tersenyum.
Kyung Soo menjadi pembawa acara dan dia meminta agar para tamu undangan memasuki aula gedung karena acara akan segera di mulai. Ha Ni sangat gugup dan dia langsung menggenggam tangan Eun Jo. Eun Jo bertanya, “Apa kau gugup?” Ha Ni menganggukan kepalanya. Eun Jo berkomentar, “Jangan membuat kesalahan. Seperti menjatuhkan cincinmu atupun menginjak gaunmu sendiri dan terpeleset.” Ha Ni kesal dan berkata, “Hey jangan katakan seperti itu!”
Eun Jo tiba-tiba berkata, “Apa kau mau aku memberimu hadiah pernikahan?” Ha Ni menjawab, “Ya. Apa itu?” Eun Jo langsung membisikan sesuatu dan itu membuat Ha Ni sangat kaget mendengarnya.
Acara pernikahan di mulai. Ha Ni dan papah memasuki ruangan diiringi Min Ah dan Joo Ri yang menjadi pendamping mempelai wanita. Semua yang melihat mereka ikut senang dan Seung Jo juga terseyum saat melihat Ha Ni.
Kyung Soo berkata, “Karena tidak ada pendeta disini maka mereka sendiri yang akan berjanji. Silahkan…” Seung Jo membuka buku kecil lalu berkata, “Aku Baek Seung Jo akan menghormati dan mencintai Oh Ha Ni apapun yang terjadi. Akan saling peduli, akan menjadi suami yang baik untuknya. Aku berjanji.” Ha Ni lalu berkata, “Aku Oh Ha Ni dengan suami Baek Seung akan saling mencintai dan peduli selamanya apapun yang terjadi. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untuknya.”
Lalu acara selanjutnya adalah sambutan dari Bapa Seung Jo. Bapa Seung Jo berkata, “Sebenarnya Ha Ni ini adalah anak dari teman lamaku. Saat SMP, aku tinggal di rumahnya dan ya keluarganya memperlakukanku dengan sangat baik. Ini seperti kembali ke masa itu. Aku selalu berfikir bahwa tidak ada orang yang akan seperti dia. Sahabat yang hebat ini kini menjadi besanku. Temanku… Terima kasih karena kau telah membesarkan putrimu ini dengan sangat baik dan menikahkannya dengan putraku.”
Giliran Papah yang memberikan sambutan. Papah berkata, “Aku terus memikirkan kata-kata apa yang harus aku katakan. Dan ya aku mengingat saat kehidupan pernikahan saya yang begitu singkat. Pada hari pernikahan kami, salju turun. Dan pada saat malam natal, kami makan mie yang tersisa dan saling mengucapkan selamat natal. Setelah 100 hari, Ha Ni lahir dan istriku meninggal. Aku hanya bisa memeluk Ha Ni dan menangis. Aku masih ingat akan hal itu. Itu mungkin bukan hal besar tapi ya menyenangkan. Ini mungkin karena kesulitan yang di tanggung bersama-sama. Nenek sering sekali memanggil Ha Ni sebagai siput tapi walaupun begitu dia tahu jalan mana yang akan dia tempuh dan dia akan melewatinya dengan tersenyum. Saya selalu sedih dan menyesal akan kesendiriannya tapi mulai hari ini akan ada laki-laki tampan dan yang sayang padanya. Hatiku pun kini menjadi tenang dan yakin. Seung Jo… Terima kasih. Terulah bersama Ha Ni selamanya.”
Kyung Soo sebagai MC lalu berkata, “Saatnya acara tukar cincin.” Seung Jo mengambil cincin dan memasukannya ke jari tangan Ha Ni. dan giliran Ha Ni yang memasukan cincin ke jari tangan Seung Jo tapi cincin itu justru terjatuh dan membuat para tamu undangan tertawa. Bapa Seung Jo menemukan cincin itu dan memberikannya pada Ha Ni. Ha Ni meminta maaf dan memasukan cincin itu ke jari tangan Seung Jo.
Seung Jo berbisik pelan, “Dasar bodoh!” Ha Ni kesal dan berkata, “Huh jangan menggodaku Baek Seung Jo karena kau sebenarnya sangat menyukaiku sejak dulu!” Seung Jo kaget dan bertanya, “Apa? Apa maksudmu hah?” Ha Ni tersenyum dan menjawab, “Ciuman kedua itu. Itu bukan saat hujan bukan? Kau menciumku saat aku tertidur. Huh kekanak-kanakan sekali kau.” Seung Jo kesal dan langsung menatap Eun Jo yang sengaja memalingkan wajahnya.
Ha Ni berkata, “Setelah mealakukan itu kau begitu malu-malu.” Ha Ni tertawa lalu mencium Seung Jo secara tiba-tiba. Semua tamu undangan sangat kaget melihat itu namun mereka semua ikut tertawa. Kyung Soo berkomentar, “Wow pengantin wanitanya sungguh berani sekali.” Seung Jo kesal dan langsung melepaskan ciuman Ha Ni. Ha Ni tersenyum dan berkata, “Lihatlah dirimu sekarang ini.” Seung Jo terlihat malu dan semua tamu masih terus tertawa. Hanya Joon Gu lah yang terlihat sedih saat melihat itu.
Mereka pun memulai acara bulan madunya. Ha Ni dan Seung Jo mengendarai mobil dan melewati pinggir pantai. Ha Ni berkata, “Bisakah kita turun sebentar dan melihat pantainya? Ayolah….” Seung Jo menepikan mobilnya dan Ha Ni pun keluar untuk melihat laut yang begitu bersih dan masih berwarna biru. Ha Ni melihat ke mobil dan ternyata Seung Jo masih diam duduk di dalam mobil. Ha Ni menghampiri Seung Jo dan bertanya, “Kenapa? Apa kau masih marah karena kejadian di pesta pernikahan itu?” Seung Jo hanya menjawab, “Jika kau sudah selesai maka cepatlah kita pergi.”
Ternyata di pesta pernikahan itu ada hal yang membuat Seung Jo lebih malu lagi dari pada dicium Ha Ni secara mendadak. Ya Ibu Seung Jo memperlihatkan foto-foto masa kecil Seung Jo yang di dandani seperti perempuan. Ha Ni dan para tamu undangannya tertawa melihat hal itu. Kyung Soo sendiri kebingungan saat melihat foto Seung Jo yang sangat imut itu. Eun Jo bertanya pada Ibunya, “Apakah itu Kakak?” Ibu Seung Jo tersenyum dan menjawab, “Ya. Itu kakakmu.”
Balik lagi ke pasangan yang sedang berbulan madu ini… Ha Ni berkata, “Ya aku tau Ibu mertua terlalu keterlaluan padahal aku yakin dia mengetahui bahwa kau tidak menyukai hal ini.” Seung Jo kesal dan langsung meninggalkan Ha Ni. Ha Ni kaget dan langsung mengejar mobil Seung Jo sambil terus berteriak, “Hey Baek Seung Jo!!!!”
He Ra sedang berjalan dan Kyung Soo diam-diam terus mengikutinya. He Ra kesal dan bertanya, “Kau sampai kapan mau terus mengikutiku hah?” Kyung Soo kaget dan menjawab, “Hmm aku… He Ra.. Apa kau lapar? Aku tau kalau kau belum makan. Apa aku harus membelikanmu makanan?”
Ha Ni dan Seung Jo jalan-jalan di tempat penginapan mereka. Ha Ni sangat senang sekali karena akhirnya bisa pergi bulan madu bersama Seung Jo. Lalu ada yang lewat di depan mereka, seorang laki-laki dan perempuan yang sepertinya mereka ini pasangan juga dna terlihat jelas kalau si perempuan selalu memarahi si laki-laki. Perempuan itu melihat Seung Jo dan Ha Ni lalu berkata, “Ah kalian disini? Apa kalian masih ingat kami? Kami tadi duduk bersebelahan pada saat di pesawat. Hey kau ternyata cukup tampan, aku tidak menyadarinya. Kau bisa menjadi aktor.” Ha Ni cemburu melihat perempuan itu memuji Seung Jo makanya dia langsung menggandeng Seung Jo dan mengajak Seung Jo langsung pergi.
He Ra dan Kyung Soo pergi ke Restaurant Hot Dog. He Ra berkomentar, “Hmmsepertinya kau begitu menyukai Hot Dog.” Kyung Soo bertanya, “Kenapa? Apa kau tidak menyukainya? Haruskah kita pindah ke Restaurant lain?” He Ra menjawab, “Tidak eprlu.” Kyung Soo mencoba membuat sebuah lelucon tapi justru itu malah membuat He Ra jadi pendiam.
Kyung Soo melihat sebuah poster yang bertuliskan, “Makan 30 Hot Dog dalam waktu 10 menit dan kau akan terbang ke New York untuk mengikuti perlombaan.” Kyung Soo menghampiri He Ra dan berkata, “Makan 30 hot dog dalam 10 menit hmm berarti 1 hot dog 20 detik? Ah aku pasti bisa melakukannya. Jika aku memenangkannya maka aku bisa membelikanmu barang mewah. Ah baiklah kita coba berlatih, aku akan memakan Hot Dog dan kau harus menghitung hingga 20.” He Ra tiba-tiba tertawa dan itu membuat Kyung Soo senang.
Kyung Soo berkata, “Wow kau tertawa,” He Ra langsung menghentikan tawanya dan kembali terdiam. Kyung Soo bertanya, “Apa kau tidak merasa sakit pada hari itu? Kau berlatih tennis sangat keras.” He Ra menjawab, “Ah tidak.” Kyung Soo berkata, “Hey kau itu berlatih tennis selama 4 jam. Itu sangat berat.” He Ra kebingungan dan bertanya, “Apa kau melihatku selama 4 jam itu?” Giliran Kyung Soo yang kebingungan dan mengalihkan pembicaraan, “Ah aku… Aku akan memakan hot dog ini.” He Ra tersenyum melihat hal itu.
Ha Ni melihat Seung Jo sedang duduk di kursi luar tempat penginapan dan dia pun menghampiri Seung Jo lalu berkata, “Hmm disini udaranya sangat bagus. Dan lagi pantai ada di depan kita. Benar-benar indah. Ah ya aku tau kalau aku tidak pandai dalam banyak hal tapi aku akan berusaha keras untuk menjadi istri yang baik.” Seung Jo diam saja dan Ha Ni pun menyenderkan kepalanya di bahu Seung Jo. Ha Ni malu-malu dan berkata dala hati, “Oh my… Apa yang harus aku lakukan?” Tiba-tiba datang pasangan yang tadi dan berkata, “Kamar kalian disini? Kamar kami ada di sebelah sana. Wow ini takdir….”
Ha Ni dan Seung Jo mendatangi petugas hotel untuk melihat beberapa program yang di sediakan oleh hotel. Ha Ni bertanya, “Acara lilin? Apa ini?” Petugas hotel menjelaskan, “Ah ini… Ini adalah program yang paling sering di pilih oleh pasangan yang sedang berbulan madu. Dan kami juga ada program makan malam dengan anggur. Bagaimana?” Ha Ni berkata, “Wow bagus sekali. Bagaimana Sueng Jo?” Seung Jo berkata, “Baiklah kita akan mengambil program itu.” Ha Ni tersenyum senang.
Petugas hotel lalu berkata, “Ah baiklah anda hanya perlu datang ke Restaurant disana. Dan ada juga pasangan yang memesan program ini.” Ha Ni bertanya, “Hmma ada pasangan berbulan madu lainnya?”
Ternyata pasangan yang akan makan malam bersama itu adalah pasangan yang tadi siang bertemu dengan Seung Jo dan Ha Ni. Perempuan itu berkata, “Wow aku kira program ini akan sangat membosankan tapi ternyata sangat romantis. Huh kita ini benar-benar ditakdirkan sepertinya. Ah ya berapa usia kalian? Kalian terlihat masih sangat muda.” Ha Ni menjawab, “Kami 21 tahun.” Perempuan itu berkata, “Wow sama sepertiku. Tapi kalian sepertinya terlalu cepat… Apakah pernikahan paksa?” Ha Ni kesal mendengar kata-kata itu.
Perempuan itu lalu berkata, “Usiaku dan pasanganku beda 11 tahun. Bukankah terlihat jelas?” Seung Jo menuangkan minuman pada laki-laki itu dan si perempuan berkata, “Wow kau baik sekali menuangkan minuman untuknya. Ah karena usia kita sama, haruskah kita berbicara informal?” Seung Jo berkata, “Terserah kau saja.” Ha Ni kesal dan langsung meminum anggurnya dengan terburu-buru. Si perempuan mengejek Ha Ni dengan berkata, “Hey apakah kau berniat meminumnya dengan satu kali teguk?” Ha Ni berkata, “Huh aku tidak begitu tau cara meminum anggur.” Seung Jo diam saja melihat Ha Ni.
Ha Ni dan Seung Jo pergi jalan-jalan dengan mobil dan Ha Ni terasa sangat mual sehingga Seung Jo menepikan mobil. Seung Jo berkata, “Apa kau baik-baik saja?” Ha Ni menjawab, “Ya.”
Joon Gu mengantarkan pesanan mie pada wanita asing yang waktu itu datang ke Restaurant dan ternyata nama waniat itu adalah Christine. Christine meminta Joon Gu membawakan dia garpuh namun Joon Gu jutsru memarahinya dan bilang bahwa Christine harus memakan menggunakan sumpit jika di Korea. JoonGu terus mengajarkan Christine cara memegang sumpit yang benar. Diam-diam Papah Ha Ni tersenyum melihat Joon Gu yang dekat dengan Christine.
Seung Jo dan Ha Ni pergi berjalan-jalan bersama dan Seung Jo yang menjelaskan banyak hal tentang tempat yang mereka datangi. Pasangan itu datang ke tempat itu juga dan seperti biasa si Perempuan menganggu acara Ha Ni dan Seung Jo. Perempuan itu menggandeng Seung Jo dan meminta Seung Jo untuk menjelaskan banyak hal tentang gedung museum yang mereka datangi. Ha Ni sangat kesal melihat itu namun dia diam saja dan berjalan di belakang.
Ha Ni tiba-tiba berkata pada si laki-laki, “Kau sebagai suami harusnya menjaga istrimu itu!” Laki-laki itu berkata, “Aku juga sebenarnya khawatir. Aki pikir Seung Jo terus mengejar istriku.” Ha Ni kesal dan berkata, “Seung Jo? Istrimu lah yang terus mengejarnya!” Si laki-laki berkata, “Ah tidak istriku tidak seperti itu. Dia itu sangat baik dan ramah. Bahkan aku pikir dia itu terlalu baik untukku ini.”
Perempuan itu terus mengikuti Seung Jo dan dia berkata, “Hey lihatlah mereka terlihat sangat serasi sekali bukan?” Seung Jo melihat Ha Ni yang sedang berbicara dengan laki-laki itu dan dia diam saja. Si perempuan itu memeluk tangan Seung Jo dan meminta Seung Jo mengajaknya untuk berjalan-jalan ke museum lagi. Tiba-tiba ada perempuan asing yang menabrak mereka berdua dan itu membuat si perempuan kesal. Dan tentu saja yang menabrak itu adalah Ibu Seung jo yang diam-diam mengikuti mereka.
Ha Ni dan Seung Jo mendatangi tempat oleh-oleh dan Ha Ni melihat sebuah maianan dan berkata, “Haruskah kita membeli ini untuk Eun Jo?” Seung Jo melihat ada seorang anak laki-laki yang berambut coklat dan dia berkata, “Tidak perlu.” Dan ya anak laki-laki berambut coklat itu adalah Eun Jo!
Mereka sudah selesai berjalan-jalan dan kembali ke hotel. Ha Ni berkata, “Wow kita sudah mengunjungi banyak museum hari ini. Apakah kau tidak lelah? Kau bahkan menyetir juga.” Seung Jo berkata, “Ah tidak. Kau apa mau mandi duluan?” Ha Ni panik dan menjawab, “Hmm haruskah aku duluan?” Ha Ni tersenyum dan menyiapkan dalaman yang akan dia pakai dan dia terus berfikir, “Ya ampun apa yang harus aku lakukan sekarang ini?”
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar dan Seung Jo pun membukakan pintunya. Ternyata yang datang adalah pasangan itu lagi. Si perempuan berkata, “Ayo kita minum anggur ini bersama-sama.” Ha Ni jelas sangat kesal karena hal itu. dan sepertinya Seung Jo juga tidak suka akan hal itu.
Besok paginya mereka berdua pergi sarapan. Ha Ni kesal dan berkata, “Ii hari terakhir kita disini tapi kita bahkan tidka punya foto bersama-sama.” Seung Jo tersenyum dan berkomentar, “Jangan khawatir. ” Ha Ni bertanya, “Kenapa?” Seung Jo diam saja tidak menjawab. (Mungkin maksud Seung Jo jangan khawatir itu karena dia tau kalau Ibunya pasti akan memotret banyak foto mereka.)
Ha Ni berkata, “Huh bahkan kita tidak memiliki waktu berdua saja. Jadi kita akan pergi berdua saja, ok?” Seung Jo tersenyum dan berkata, “Ya baiklah.” Ha Ni pun ikut tersenyum senang.
Ha Ni bersiap-siap untuk jalan-jalan di dalam kamar dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Seung Jo membuka pintu dan si laki-laki itu lah yang ternyata mengetuk pintu. Laki-laki itu datang ke kamar Seung Jo untuk meminta bantuan Seung Jo karena istrinya sedang kesakitan.
Seung Jo datang ke kamar pasangan itu dan memeriksa keadaan si perempuan. Ha Ni tidak suka melihat itu dan berkata dalam hati, “Kumohon jangan sentuh dia!” Si perempuan itu terlihat jelas pura-pura sakit dan memegang tangan Seung Jo lalu berkata, “Dadaku sakit.” Ha Ni langsung berkata, “Hentikan! Aku tidak suka kau menyentuh wanita lain!” Seung Jo berkata kejam, “Oh Ha Ni kau ini menikah dengan calon dokter. Bagaimana bisa kau cemburu pada orang yang sakit ini? Kau bahkan cemburu karena aku menyentuhnya? Apa kamu tidak merasa malu hah? Jika kau terus cemburu seperti ini maka kautidak bisa hidup bersamaku. Apa kau mengerti?” Ha Ni sedih mendengar hal itu dan langsung berlari pergi. Si laki-laki meminta Seung Jo mengejar Ha Ni namun Seung Jo tidak mengejarnya sheingga laki-laki itu yang pergi mengejar Ha Ni.
Si perempuan bangun lalu memegang tangan Seung Jo dan dia berkata, “Akhirnya tinggal kita berdua. Bukankah kau tidak menyukai Ha Ni? Bahkan kau tidak ingin menyentuhnya. Kasihan sekali kau. Kau seharusnya bertemu denganku sebelum bertemu dengan Ha Ni. Jika itu terjadi maka…”
Seung Jo tiba-tiba berdiri dan berkata, “Jika itu terjadi maka aku tidak akan menyukaimu! Aku tidak ada pilihan lain kecuali menghadapimu karena situasi ini. Kamu bahkan tidak sebanding dengan Ha Ni!” Si laki-laki itu datang ke kamar dan bilang bahwa dia tidka berhasil mengejar Ha Ni. Seung Jo pun pergi dari kamar itu.
Seung Jo melihat Ha Ni sedang duduk di kursi taman dan dia tersenyum lalu duduk di samping Ha Ni. Ha Ni kaget melihat Seung Jo dan dia langsung menggeser duduknya menjauh dari Seung Jo. Seung Jo berkata, “Aku pikir kau ingin bersamaku hari ini, tapi kenapa kau pergi sendiri? Apakah kau masih marah?” Ha Ni menjawab, “Coba kau ada di posisiku sekarang, kau juga pasti akan marah sepertiku!” Seung Jo berkata, “Tapi kau terlihat cantik jika tersenyum. Jika kau tersneyum maka aku merasa lebih baik.”
Ha Ni kaget mendnegar hal itu. Seung Jo menggelitik Ha Ni dan Ha Ni pun mulai tertawa ceria kembali.
Malamnya…. Ha Ni dan Seung Jo terlihat sama-sama gugup dan mereka duduk terdiam. Ha Ni berkata, “Maafkan aku. Aku bersikap bodoh dengan cemburu hanya karena hal itu” Seung Jo berkomentar, “Aneh! Kamu lucu kini ataupun nanti. Ada saat dimana kamu terlihat cantik. Tapi kenapa aku meyukaimu ya? Kamu tidak cantik dan lucu sekarang ini. Tapi kenapa aku selalu merindukanmu?”
Seung Jo tiba-tiba mendorong Ha Ni ke belakang dan menciumnya lalu Seung Jo menggendongnya dan membawa ke kamar. Ha Ni berkata, “Tunggu sebentar… ” Seung Jo kebingungan dan bertanya, “Ada apa?” Ha Ni menjawab, “Ada yang perlu aku periapkan. Ya sesuatu yang perempuan harus siapkan.” Seung Jo berkata, “Tidak perlu. Aku tidak bisa menunggu.”
Mereka sudah kembali ke rumah dari perjalanan bulan madunya. Ha Ni terbangun dan dia tersenyum senang saat melihat foto dia dan Seung Jo bersama. Tiba-tiba Ha Ni teringat sesuatu dan dia langsung berlari turun menuju dapur.
Ternyata di dapur Seung Jo, Eun Jo dan Ibu Seung Jo sudah berkumpul dan sarapan. Ibu Seung Jo berkata, “Ha Ni tidurlah kembali jika kau lelah.” Ha Ni berkata, “Maaf aku terlambat.” Seung Jo berkata, “Alarm berbunyi jam 5 pagi, aku pikir kau akan membuatkan sarapan pagi untukku.” Eun Jo berkomentar, “Kak seharusnya kau memikirkan kembali kata-katamu tadi.”
Ibu Seung Jo berkata, “Ha Ni ayo saparan bersama. Ah apa kau ingin mandi terlebih dahulu?” Ha Ni menjawab, “Ya aku akan mandi dahulu. Ah Seung Jo kau akan ke perpustakaan bukan? Aku akan cepat-cepat jadi kita bisa pergi bersama.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Wow anakku menjadi dokter dan menantuku akan menjadi suster. Bagus sekali ini.” Ha Ni tersenyum dan berkata, “Tapi aku tidak bisa mendapatkan sertifkikat jika tidak masuk program ini. Jika tidak maka aku tidak akan mendapatkan keduanya.” Eun Jo berkomentar, “Hanya karena dia mengambil program ini maka belum tentu ini artinya dia akan lulus.” Ibu Seung Jo langsung memarahi Eun Jo dan bilang bahwa Ha Ni ini sekarang sudah menjadi kakak ipar Eun Jo.
Ibu Seung Jo lalu berkata, “Ah ya Seung Jo kau harus segera mendaftarkan pernikahan kalian ini. Aku tau kau sibuk tapi kau harus pergi bersama Ha Ni mendaftarkan pernikahan kalian berdua.” Seung Jo tiba-tiba berkata, “Tunggu. Aku masih ingin memikirkan hal ini.” Jelas semuanya kaget dan Ibu Seung Jo bertanya, “Apa maksudmu dengan berfikir hah? Apa ini kata-kata dari pasangan yang baru saja selesai berbulan madu bersama?” Seung Jo menjawab, “Kami melakukan pernikahan ini karenamu Ibu. Aku rasa ini terlalu terburu-buru.”
Ha Ni kebingungan dan bertanya, “Lalu apa yang harus aku lakukan hah?” Seung Jo menjawab, “Kau harus mengubar jurusanmu itu menjadi jurusan perawat. Daftarlah terlebih dahulu lalu mengubah jurusanmu.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Huh apa hubungannya ini dengan pernikahanmu hah?” Ha Ni berkata, “Tidak mau!” Seung Jo balik bertanya, “Kenapa?Apa kau tidak yakin? Bukankah kau memang ingin jadi perawat?” Ha Ni menjawab, “Bukan. Aku… Aku hanya berfikir mengenai kemungkinanku tidak bisa mendapatkan program itu.” Seung Jo berkomentar, “Huh sudah kuduga hal ini akan terjadi suatu saat nanti.”
Seung Jo langsung berjalan pergi dan dia diam-diam tersenyum. Sementara Ibu Seung jo dan Ha Ni terlihat kebingungan.